Gadged Multi Fungsi

Formulir Kontak

KONTAK KAMI

Silahkan isi formulir di bawah ini untuk menghubungi kami

Nama

Email

Pesan

Sapi Bali Jenis Baru

Setelah dilakukan penelitian sejak 2004, Indonesia akhirnya memiliki sapi Bali jenis baru, hasil perkawinan antara sapi Bali (Bos javanicus f. domestica) dengan banteng Jawa (Bos Javanicus). Anakan sapi Bali dan banteng Jawa berjenis kelamin jantan itu lahir dengan berat 21 kilogram pada Kamis 5 April 2012 pukul 10.15 WIB di Taman Safari Indonesia II Prigen, Jawa Timur.

General Manager Taman Safari Indonesia II Prigen, Tommy Sands Wungkar mengatakan, anakan sapi jenis baru itu lahir dari salah satu dari 10 sapi Bali yang dikawinkan dengan satu ekor banteng Jawa asal Taman Nasional Hutan Baluran, Banyuwangi. Sapi jenis baru itu lahir secara normal dan dalam kondisi sehat dengan bantuan tim dokter hewan asal Taman Safari Indonesia II Prigen (TSI).

"Tim dokter TSI II Prigen terpaksa membantu proses kelahiran, karena bobot anakan cukup besar dibanding anakan sapi Bali pada umumnya yang mencapai 12 kilogram," kata Tommy, Jumat 6 April 2012. Tommy mengatakan, anakan sapi Bali dengan banteng Jawa yang baru lahir ini saat ini sedang dalam perawatan intensif di TSI II Prigen, Pasuruan. Pihak TSI saat ini juga masih menunggu kelahiran empat sapi Bali lainnya yang saat ini juga bunting.

Menurut rencana, satu ekor sapi Bali lainnya akan melahirkan lagi pada Juni mendatang. "Kami berharap kelahiran anakan sapi Bali dan banteng Jawa ini bisa menjadi awal dari upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan kualitas sapi Bali, hingga meningkatkan produktivitas daging sapi untuk memenuhi kebutuhan daging dan mengurangi ketergantungan akan kebutuhan impor daging sapi," katanya.

Kurator satwa TSI II Prigen, Ivan Chandra, mengatakan hasil perkawinan antara sapi Bali dan banteng Jawa ini mampu menghasilkan anakan sapi Bali dengan tingkat performa yang berbeda dengan sapi Bali pada umumnya yang telah mengalami penurunan kualitas akibat perkawinan sedarah (inbreeding) antara sapi Bali dan sapi Bali yang berlangsung puluhan tahun.

Penurunan kualitas inilah yang menjadi masalah kurang produktifnya sapi Bali untuk memenuhi kebutuhan daging di Indonesia. Secara genetika, sapi Bali memang merupakan keturunan dari banteng Jawa. Dalam perkembangannya ukuran dan bobot sapi Bali terus menurun, karena inbreeding. Sapi hasil perkawinan ini akan mampu menghasilkan berat 450 kilogram per ekor atau lebih tinggi dari berat sapi Bali yang hanya 300 kilogram per ekor," katanya.

Ivan mengatakan, selain menghasilkan kualitas sapi baru, perkawinan sapi Bali dengan banteng Jawa itu juga akan menghasilkan sapi yang kebal dengan virus Jembrana yang selama ini menjadi masalah pengiriman sapi dari Bali ke tempat lain karena penularan virus itu.

"Sapi baru ini masih membawa ciri khas sapi Bali yang memiliki angka reproduksinya yang tinggi dan tingkat adaptasi yang sangat baik terhadap kondisi pakan yang jelek. Bahkan, toleran terhadap lingkungan yang panas. Sedangkan kelemahannya yang rentan penyakit ditutupi oleh bakat dari banteng Jawa yang kuat terhadap jenis virus tertentu," katanya.

Program perkawinan antara sapi Bali dan banteng Jawa ini diharapkan mendukung program pemerintah pusat yang menerapkan pembatasan daging sapi impor. Saat ini, Indonesia masih mengimpor daging sapi sebesar 25 persen dari konsumsi nasional sebanyak 2,7 juta ton per tahun. "Di Jawa Timur sendiri masih terdapat rasio kelebihan daging sapi mencapai 93 ribu ton," katanya.

Data yang ada, populasi sapi di Jatim sebanyak 4,7 juta ekor. Di Sumatera populasinya mencapai 2,7 juta ekor, di Bali dan Nusa Tenggara 2,1 juta ekor. Sementara itu, di Alas Purwo, menurut pendataan yang dilakukan Sandy Novianto, peneliti dan dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), populasi banteng Jawa tinggal 27 ekor. Kedua lokasi tersebut adalah habitat asli dari banteng Jawa selain juga di Meru Betiri.

Back To Top