Gadged Multi Fungsi

Formulir Kontak

KONTAK KAMI

Silahkan isi formulir di bawah ini untuk menghubungi kami

Nama

Email

Pesan

Active Learning Mengajak Anak Belajar Aktif

Gawai saat ini sudah menjadi benda sehari-hari yang dipegang oleh anak. Kebiasaan itu tentu akan berdampak pada proses belajar anak. Karenanya dibutuhkan metode belajar yang tepat agar anak mudah menangkap materi pelajaran.

Psikolog Ajeng Raviando mengatakan, anak-anak yang akrab dengan gadget memerlukan metode active learning atau pembelajaran aktif.

"Active learning mengajak anak belajar aktif. Anak sekarang kan terbiasa dengan gadget, tinggal klik saja. Jadi yang aktif gadget-nya, bukan anaknya," kata Ajeng dalam talkshow di Mother & Baby Fair, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dalam metode pembelajaran aktif, anak tidak hanya diajak membaca buku, tetapi juga mendengar topik pelajaran melalui cerita, melihat gambar atau video, kemudian anak tersebut ikut membahas materi hingga mempraktekkannya.

Lewat metode tersebut, anak tak hanya dipandang sebagai peserta didik yang menerima pelajaran, tetapi juga ikut terlibat aktif dalam memecahkan suatu masalah atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan diajak berdiskusi mengenai pembelajaran yang ia terima.

"Kalau enggak aktif, penyerapan informasinya bisa berkurang," lanjut Ajeng.

Ia menambahkan, umumnya anak kesulitan mengingat dan mengerti jika hanya mendengarkan guru di sekolah menjelaskan materi panjang lebar. Tetapi, jika disertai media visual, anak akan mulai bisa mengingat. Kemudian, jika ditambah pembahasan lebih lanjut oleh anak itu sendiri, mereka akan lebih mudah mengerti.

"Pembelajaran aktif bertujuan untuk mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki anak," ujarnya.

Ajeng mengatakan, stimulasi aktif bisa dimulai sejak usia 1 tahun, yakni saat orangtua mengajari anak untuk belajar berbicara. Sementara di usia balita, anak diajak belajar memilah warna sambil bermain.

Dengan metode pembelajaran aktif, anak usia TK dapat diajak belajar mengenal huruf tidak hanya dari tulisan di buku. Tetapi bisa dengan kegiatan mencari huruf yang di tempel di ruang kelas. Intinya anak tidak pasif sebagai penerima materi.

"Untuk anak SD contohnya praktek langsung mengenai magnet. Misalnya penggaris besi digosok-gosokkan di rambut nanti bisa menarik potongan kertas kecil," papar Ajeng.

Back To Top